Jadi LO Peserta Lomba Tingkat Nasional?

Halooo, Sobat! Apa kabar? Semoga selalu sehat, bahagia, dan sejahtera, ya. Lagi musim ujan jangan lupa selalu bawa payung lipat dan jaga kesehatan biar nggak sakit, ya.
Oke, kembali lagi sama Mimin yang paling cantik di Pancarobaku, huehehehe. Setelah lama nggak bikin karangan bebas karena berbagai alasan, hehehe, akhirnya ada kesempatan juga buat nulis lagi. Alhamdulillah, ya :)

Kali ini aku mau cerita sedikit pengalaman aku jadi LO, tepatnya buat peserta lomba debat yang skalanya nasional. Apa aja sih, yang bisa didapatkan saat jadi LO, bagaimana menjadi LO yang baik dan informatif, cara mengatasi peserta lomba yang bawel, dan susah nggak jadi LO? Yuks, check it out ....



Jadi, 26 - 28 Oktober 2018 kemarin, FISIP Undip mengadakan lomba debat bertajuk DSPC 3.0 atau Diponegoro Social and Political Competition 3.0 sebagai program kerja unggulan dari bidang Penalaran dan Keilmuan BEM FISIP Undip. Itu adalah lomba debat yang mulai diselenggarakan tahun 2016 dan pada tahun ini berhasil diikuti oleh 14 team dari berbagai universitas di Indonesia.

Jadi, satu bulan sebelum hari H, panitia mengadakan oprec new crew yang target khususnya itu para maba. Aku yang waktu itu masih terpesona oleh BEM (huehehe) sebetulnya udah ada keinginan daftar sejak pertama liat poster pengumuman oprec tapi selalu urung, nggak tahu deh, kenapa. Singkatnya, dua hari sebelum close oprec, temen aku (sebut saja Adel) yang magang di BEM itu cucol ke temen sebelahnya (sebut saja Cica) tentang dirinya yang mau ikut DSPC 3.0. 

Saat itu aku nguping dan belum begitu terpengaruh. Saat hari H close oprec, dia cerita lagi ke kami (sebut saja aku dan Cica) tentang topik yang sama sambil bawa form pendaftaran. Nah, di situ lah, atas dasar ingin mencoba hal baru dan mencari pengalaman (juga memuaskan keinginan wkwk) alhasil aku daftar deh, sama Cica. 

Bermodal bikin CV dan ngisi form pendaftaran di tempat print, nerabas hujan ke kampus jam 5 sore buat ngumpulin form. Dan ... bermodal pede dan pasrah, akhirnya kami keterima jadi LO. Senengnya bukan main dong, huahahaha. Memang ya, doa di bawah guyuran hujan itu makbul.

Jadi, apa itu LO? Liaison Officer sederhananya adalah pihak yang menjembatani tersampaikannya informasi anatara pihak satu dengan pihak lain dalam urusan yang sama. Jadi, LO ini memang harus paham betul tentang teknis dan segala macam yang berkaitan dengan suatu urusan atau acara yang sedang diadakan. Di DSPC 3.0, panitia sebagai pihak satu sementara para peserta sebagai pihak dua. 

Nah, LO juga berperan sebagai pembimbing si peserta perihal penginapan, jalan menuju kampus, dari stasiun atau bandara terus ke mana, bisa juga jadi tour guide. Untuk soal kebutuhan peserta yang bersifat pribadi seperti makan, obat, dsb, LO bisa ikut membantu menyiapkan, tapi kemarin LO DSPC 3.0, sih enggak, tergantung kebijakan panitia penyelenggara, sih. Ibaratnya, LO itu induk ayam dan para pesertanya itu anak ayamnya begitu, lah.

dirikuh (yang pose V) bersama teman-teman LO tersabar :)
nah itu paling kiri Cica, sebelahnya Adel (logistik) 

Nah, jad, apa aja yang aku dapatkan selama menjadi LO di DSPC 3.0 kemarin?
  • Pertama, jelas pengalaman. Ini adalah pertama kali aku jadi LO, yang notabene sebagai manajer dari team Unpad. Selain dituntut untuk gercep dalam membalas pertanyaan peserta, juga harus akurat dalam menyampaikan info seputar DSPC 3.0, mulai dari rundown, penginapan, memastikan peserta udah bawa dokumen yang diharuskan, memastikan di mana peserta bakal transit sebelum check in penginapan, dsb. Di sini bagaimana cara berkomunikasi dan menanggapi orang lain dengan baik sangat dibutuhkan.
  • Kedua, leadership. Memang nggak seberapa, tapi kalau temen-temen nggak memposisikan diri sebagai orang yang membimbing peserta dan orang yang tahu apa saja yang harus dilakukan peserta (di luar ruangan debat), ya, keteteran sendiri jadinya. Di sini juga temen-temen LO bakal diuji kesabarannya dalam menghadapi peserta. Beruntung banget aku dapet Unpad yang nggak bawel wkwk (makasih kakak). Nah, gimana kalau pesertanya egois dan bawel dan tanya-tanya terus? Kuncinya adalah sabar dan tetap kasih emotikon :) meski udah nggak mood. Karena kalo kita ikutan ngegas dan balas pesannya cuek atau semaunya sendiri, nanti atmosfernya malah jadi nggak enak dan juga akan merusak citra kita, juga nama universitas. Kita, sebagai LO, pun seberusaha mungkin tampil ramah meski peserta nggak cuek. Jangan sampai kena eval karena ada laporan dari peserta, "Kak, kok, LO aku balesnya cuek ya, kan aku jadi males mau tanya." Kan, nggak lucu wkwk.
  • Ketiga, tahu mekanisme asian parliamentary debate. Karena LO lomba debat bertugas sebagai moderator dan time keeper juga saat debat berlangsung, jadi bisa tahu apa yang harus dilakukan setelah dan saat case building, jadi lebih paham juga kerja moderator dan time keeper debat. Menurut aku ini bagian paling seru sih selama aku jadi LO debat wkwk. Kemarin aku jadi moderator terus di babak preliminary dan eliminary. Dari mulai harus gercep foto match up dan mosi, lalu nganter ke ruang kelas debatnya, memantau peserta bikin case building, lalu jemput juri di debat hall, dan ikut merasakan panasnya debat.
  • Keempat, nambah kenalan. Yups, ini manfaat secara langsungnya sih ketika kita gabung di kepanitiaan. Kita bakal kenal sama orang-orang dengan berbagai jenis kepribadian dan latar belakang. Jadi, memang kudu jaim dulu pas first gathering biar nggak di sangka gimana gitu, ya, wkwk. Memang nggak semua panitia DSPC 3.0 aku kenal dan endingnya jadi deket setelah acara selelesai, tapi paling nggak dengan mengenal orang kan udah jadi poin yang baik. Karena tiap orang kan punya cerita, jadi kita bisa berbagi cerita dan punya warna pembicaraan baru. Dan yang paling penting nambah followers dan likers Instagram wkwk.
  • Kelima, jalan-jalan. Biasanya, setelah acara selesai atau bagi peserta yang nggak lolos ke babak selanjutnya bakal jalan-jalan ke tempat belanja atau tempat wisata dan kadang LO diminta buat jadi tour guide. Nggak selalu, sih, tergantung kemauan peserta. Tapi, sebagai LO yang baik dan bertanggung jawab mending menawarkan diri untuk jadi tour guide, paling tidak bisa sambil jalan-jalan liburan dan memastikan kalo pesertanya nggak ilang, atau bisa PDKT juga ihiy.
  • Keenam, dapat sertifikat. Dengan ikut kepanitiaan, temen-temen juga jadi punya list pengalaman kepanitiaan di CV ahayde, lumayan kan, daripada CV kosong. Tentu saja harus ada sertifikat sebagai bukti sah kalau temen-temen pernah ikut kepanitiaan ybs. Bisa jadi nambah poin saat menjelang skripsi nanti (sesuai kebijakan kampus masing-masing, ya). Kalau kemarin aku dapat yang SK rektor, jadi lumayan, wkwk.
Nah, kira-kira begitulah manfaat yang didapatkan kalau jadi LO. Buat kerugiannya, paling tenaga dan waktu. Tapi itu tidak seberapa kalau kita menjalankannya dengan senang hati dan ikhlas, niat ingin menambah pengalaman dan berkontribusi buat fakultas dan kampus, meski nggak seberapa, tapi kalau kita terpilih kan bisa memberikan manfaat kepada orang lain.

Oke, sekian cerita pengalaman jadi LO peserta lomba tingkat nasional dari aku. Mohon maaf kalau ada kekeliruan dan salah ya. Terima kasih sudah berkunjung dan menyimak ^^

the winners 3.0

ini aku (kanan as  moderator) sama partner handle debat buat preliminary round

ini aku yang alhamdulillah bahagia :)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama