Halo, sobat. Jumpa lagi dengan admin terunyu di blog ini, hehe. Oke, berhubung satu minggu lagi mimin ada UNBK, jadi kali ini mimin mau sharing opini aku tentang Ujian Nasional atau UNBK. Oh, iya, minta doanya juga ya, biar ujian mimin lancar dan dimudahkan, hehe. Aamiin. Ingat ya, ini opini dan perspektif mimin. Nah, mimin masih sering dapet kata-kata, "UN itu penting nggak, sih?", "UN itu nggak penting, ngapain diseriusin", "UN penting tauk, kan buat sinkron ke SNMPTN", "belajar buat ujian masuk PTN aja, lah." dsb, dll, dst. Hmm ... menurut sobat gimana? Sekarang, yang jadi penentu kelulusan memang USBN, bukan UN lagi. Dengan bagitu, banyak orang yang beranggapan bahwa UN tidaklah berarti lagi. Tapi kenapa ya, kok Kemdikbud masih selenggarakan UN? Ada beberapa alasan kenapa UN itu bisa jadi penting atau tidak penting: *) Beberapa tempat kerja masih memerlukan nilai UN sebagai syarat diterimanya calon pekerja. Karena itu, UN bisa dianggap penting bagi si calon pekerja yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Skill memang yang utama, dan alangkah baiknya lagi jika diimbangi dengan nilai akademik yang bagus. Nilai akademik, juga bisa sebagai ukuran kecerdasan intelektual. Tapi, nilai-nilai sekarang kan banyak yang dimanipulasi, didongkrak-dongkrak biar besar. Nah, di sini lah fungsi UN. Karena sekarang basisnya komputer, kecurangan semacam itu, bye-bye, alias, hasil UN itu murni. Paling, hati-hati saja sama server yang kadang error dan bisa menghambat proses UN sobat. *) Ada pihak yang bilang UN itu berhubungan dengan SNMPTN, tapi ada juga yang bilang tidak ada hubungannya. By the way, SNMPTN itu misterius, jadi plis jangan berharap banget sama dia, sakit banget kalau ujungnya di-php-in *jangan-jangan kelulusannya pakai random.org, haha, nggak lah ya. Jadi, terlepas dari ada atau tidaknya hubungan, lebih baik antisipasi saja dengan usaha maksimal. Kalau menurut sobat memang ada hubungannya, syukur dapat nilai bagus bisa menunjang lolosnya SNMPTN. Kalau menurut sobat nggak ada, silakan mau bagaimana usaha untuk UNBK. *) Seriously man, pasti dapat nilai gede itu seneng banget, apalagi nilai murni. Macam hasil UTS, UN, SBM, Utul, kan tidak ada campur tangan guru atau yang lain. Yah, paling-paling yang membuat murni atau tidaknya hasil itu, dalam prosesnya ada unsur mencontek atau tidak tidak hoho. Tapi, bener, deh. Ngerjain soal ujian sendiri lalu dapat nilai bagus itu lebih memuaskan dan membanggakan. Juga, berasa berguna belajarnya. *) Nilai yang tercetak di selembar kertas atau media apa pun itu, selamanya akan jadi kenangan, hohoho. Bayangkan ketika anak dan cucu sobat melihat nilai ijazah sobat (pakai ijazah karena benda keramat ini bakal banyak fungsinya untuk kedepannya, kan, hehe). Komentar bila nilai sobat bagus kurang lebih gini, "waah, mbah kok pinter banget ya, aku mau jadi pinter kayak mbah ah". Bangga, nggak? Hahaha. Tapi, kalau nilainya kecil-kecil dan unyu-unyu, kurang lebih gini, "mbah, kok nilainya gini amat, sih, ini nilai apaan", anak cucu ngejek dan terbitlah sebuah penyesalan dalam sanubari sobat, hahaha. *) Nah, bagi yang mau melanjutkan pakai jalur ujian mandiri, kedinasan, ujian tulis, Simak UI, SBMPTN, atau sejenisnya, hasil semua itu memang tidak mempertimbangkan nilai UN. Dan, mereka akan lebih giat quality time dengan soal-soal ujian mandiri tersebut. Hmm ... mimin sendiri termasuk pejuang SBM, kok, hehe. Tapi, sekarang mimin lagi memperjuangkan UN dulu. Loh, kok, kenapa? Ya, karena mimin anggap UN itu penting, jadi mimin perjuangin banget, macam merjuangin cintanya ke dia, uhuk. Dan prinsip mimin itu, usaha buat apa yang mau dihadapi lebih dulu. Meski SBM itu ketaaaaaat dan suuuuuulit bangeeeet, tapi mimin yakin bisa, dengan memanfaatkan sisa hari setelah UN dan sebelum SBM (3 minggu quality time sama SBM dan Z****s hohoho. Oh, iya, sedikit tips buat adek-adek kelas yang mau ambil SBM atau sejenisnya, lebih baik sekarang mulai dipelajari tuh soal-soalnya, libur semester satu dan semester dua bisa sambil dimanfaatkan untuk mencicil SBM. Mimin dulu gitu, hehe, liburan gabut soalnya. *) Nah, kita (anak kelas 12) sekolah kan udah lama, tuh. SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun sampai lumutaaaan tapi kalau nggak dapat apa-apa? Sayang dong, duit emak bapak berjuta-juta keluar buat kita tapi kita nggak dapat apa-apa. Serius, yang diinginkan emak bapak tercintah dari kita itu: belajar yang bener, main yang bener, berbakti sama mereka, nilai bagus, peringkat bagus, jadi orang sukses. Yap, itu adalah materi yang harus kita kasih sama mereka sebagai balas budi akan usaha dan pengorbanan emak bapak. Sulit? Emang, malah lebih sulit mereka yang membesarkan kita. Kita mah apa, cuma butiran debu yang masih belum bisa berkelana sendiri. Tapi, percayalah, kalau kita mau belajar tekun disertai doa (apa pun, entah itu buat ujian sekolah, belajar masak, menjahit, nyepeda), pasti suatu saat nanti belajar yang tekun itu akan membuahkan hasil. Sopo nandur, bakale ngunduh. "Min, lu ngomong gitu sok banget, kayak udah pernah ngelakuin aja." Hahaha ... bukan masalah udah atau belum pernah ngelakuin, sadarkan diri saja dulu, baru bertindak. Mimin, kan hanya sharing opini mimin, huhuhu. Menyadarkan diri dari godaan kemalasan itu sulit kalau kita nggak benar-benar merenungkan "aku mau jadi apa sih besok". Tentukan tujuan yang ingin sobat wujudkan, dan mulailah bertindak untuk mewujudkannya. Kita perlu seseorang, entah itu emak, bapak, teman, atau pacar. Mereka bisa jadi sebagai motivator, pengingat, dan pemacu bila kita sedang berada di titik termalas dan putus asa. Oke, itu adalah sekelumit hal mengenai penting atau tidaknya UN versi mimin. Kita (kelas 12) satu minggu lagi menghadapi UN. Kalau sekarang sobat ingin memberikan sesuatu kepada emak bapak, gunakanlah UN itu dengan semaksimal mungkin. Suguhkan nilai UN yang bagus, pasti emak bapak terharu bangga. Jangan lupa berdoa, dan sadarlah bahwa mencari uang itu tidak semudah menggunakan uang itu sendiri. Dengan begitu, sobat bisa lebih perhitungan dan meminimalisir keborosan :) Dan soal "UN Itu Penting Nggak, Sih?", setidaknya dengan artikel ini sobat pribadi bisa menjawab pertanyaan itu dan punya perspektif tersendiri tentunya. Karena menyesal itu nggak enak, maka sekarang berusahalah untuk tidak menyesal di kemudian hari Terima kasih sudah berkunjung, mohon maaf bila ada kesalahan, mimin masih manusia, hehe. Happy weekend, all :) |
Tags:
Karangan Bebas